Mana Lebih Bahaya: Riba atau Inflasi? Tinjauan Muamalah Salaf & Solusi Emas Fisik

Artikel ini mengupas tuntas perbandingan bahaya antara inflasi uang kertas dan dosa riba dalam perspektif Muamalah Salaf. Sebagai solusi perlindungan harta yang syar'i, Marwah Gold menawarkan kepemilikan emas fisik murni melalui transaksi tunai yang terjamin bebas riba.

INFORMATIFKEWASPADAAN

Team Redaksi Marwah Gold

11/22/20253 min read

Mana Lebih Bahaya: Riba atau Inflasi? Tinjauan Muamalah Salaf & Solusi Emas Fisik
Mana Lebih Bahaya: Riba atau Inflasi? Tinjauan Muamalah Salaf & Solusi Emas Fisik

Mana Lebih Bahaya: Riba atau Inflasi? Tinjauan Muamalah Salaf & Solusi Emas Fisik

Di tengah gejolak ekonomi global yang tak menentu, masyarakat modern sering kali terjepit di antara dua kekuatan destruktif: naiknya harga-harga barang yang menggerus daya beli (inflasi) dan jeratan utang berbunga yang mencekik (riba). Keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang perlahan memiskinkan, namun dengan cara yang berbeda. Pertanyaan mendasar yang sering luput dari benak kita adalah: Di antara riba vs inflasi, manakah yang sebenarnya lebih berbahaya dan membinasakan, baik dari kacamata ekonomi maupun syariat Islam?

Hakikat Bahaya Inflasi Fiat Money: Kezaliman Sistemik

Inflasi sering dianggap sebagai fenomena ekonomi wajar, padahal dalam pandangan kritis, ia adalah bentuk pengambilan harta masyarakat secara tidak sadar. Ekonom ternama abad ke-20, John Maynard Keynes, dalam bukunya The Economic Consequences of the Peace (1919), mengutip pandangan Vladimir Lenin mengenai bahaya ini:

"Lenin was certainly right. There is no subtler, no surer means of overturning the existing basis of society than to debauch the currency. The process engages all the hidden forces of economic law on the side of destruction, and does it in a manner which not one man in a million is able to diagnose."

(Lenin benar. Tidak ada cara yang lebih halus dan lebih pasti untuk merusak dasar masyarakat yang ada selain dengan merusak mata uangnya. Proses ini melibatkan semua kekuatan hukum ekonomi yang tersembunyi pada sisi kehancuran...)

Dalam tinjauan Islam, bahaya inflasi fiat money (uang kertas) terletak pada ketiadaan nilai intrinsik. Uang kertas dicetak tanpa sandaran aset riil (seperti emas atau perak), sehingga nilainya murni berdasarkan kepercayaan yang mudah dimanipulasi. Ini adalah bentuk kezaliman sistemik di mana kekayaan penabung dicuri perlahan melalui penurunan nilai mata uang.

Riba: Perang Melawan Allah

Jika inflasi adalah kezaliman sistem yang menimpa kita, maka riba adalah kezaliman yang kita undang sendiri. Dalam prinsip Muamalah Salaf, riba adalah dosa besar yang dampaknya jauh lebih mengerikan daripada sekadar kerugian finansial. Riba menghancurkan keberkahan dan mengundang azab.

Allah ο·» berfirman dengan ancaman yang sangat keras bagi pelaku riba:

"Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu..." (QS. Al-Baqarah: 279).

Para ulama Salaf sepakat bahwa riba termasuk al-mubiqat (dosa yang membinasakan). Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa harta yang bercampur riba, meskipun terlihat banyak secara jumlah, pada hakikatnya sedikit dan tidak berkah. Jadi, riba lebih berbahaya karena ia merusak hubungan hamba dengan Penciptanya dan memastikan kehancuran di akhirat.

Mana Lebih Bahaya?

Membandingkan keduanya, kita menemukan fakta pahit:

  1. Inflasi adalah "pencurian" nilai harta kita oleh sistem moneter jahiliyah.

  2. Riba adalah dosa sukarela yang kita lakukan yang mengundang perang dari Allah.

Keduanya saling berkaitan; sistem uang fiat yang inflatoir sering kali memaksa masyarakat meminjam uang (berutang) untuk memenuhi kebutuhan, yang akhirnya menjebak mereka dalam riba. Lingkaran setan ini harus diputus.

Emas Anti Inflasi: Solusi Sepanjang Zaman

Bagaimana cara melindungi diri dari keduanya? Jawabannya terletak pada kembali ke mata uang fitrah: Emas. Sejarah membuktikan emas anti inflasi. Nilai emas terjaga karena zatnya sendiri berharga, bukan karena keputusan pemerintah.

Sebagai ilustrasi klasik yang sering dikutip: Di zaman Nabi ο·Ί, 1 Dinar (Β±4,25 gram emas) cukup untuk membeli seekor kambing. Hari ini, lebih dari 1400 tahun kemudian, 1 Dinar emas (sekitar Rp5-6 juta) masih cukup untuk membeli seekor kambing kurban yang layak. Daya belinya abadi.

Solusi Syar’i Bersama Marwah Gold

Memiliki emas adalah langkah cerdas, namun cara membelinya pun harus selamat dari riba. Banyak platform menawarkan "tabungan emas digital" atau trading emas yang tidak memenuhi syarat serah terima fisik (taqabudh) di majelis akad, yang berpotensi jatuh pada Riba Nasi'ah (riba karena penundaan).

Marwah Gold hadir untuk memberikan solusi kepemilikan emas yang 100% sesuai syariat.

  • Hanya Tunai & Fisik: Marwah Gold tidak melayani jual beli digital atau trading angka. Transaksi hanya dilakukan jika ada uang dan ada barang secara fisik.

  • Sesuai Sunnah: Menerapkan prinsip Yadan bi Yadin (tunai di tempat) dan Hulul (kontan).

  • Layanan COD Syariah: Kami mengantar emas murni (999.9%) ke lokasi Anda. Anda bayar tunai saat emas sudah di tangan. Aman, nyaman, dan menenteramkan hati.

Penutup

Menghindari inflasi tanpa terjebak riba adalah perjuangan finansial umat saat ini. Jangan biarkan harta Anda tergerus inflasi kertas, dan jangan biarkan diri Anda terbakar dosa riba. Lindungi aset keluarga dengan emas fisik yang dibeli dengan cara yang diridhoi Allah.

Segera amankan kekayaan Anda dengan emas murni melalui cara yang syar'i. Hubungi Marwah Gold untuk transaksi emas tunai yang berkah dan menenteramkan.

SUMBER:

  • Al-Qur'anul Karim: Surah Al-Baqarah ayat 278-279 (Larangan Riba).

  • Project Gutenberg / Buku Ekonomi: Kutipan John Maynard Keynes dalam The Economic Consequences of the Peace mengenai inflasi dan debasement mata uang.

  • Marwah Gold: Standar Operasional Prosedur (SOP) transaksi tunai dan fisik untuk kepatuhan syariah (Anti Riba & Gharar).